Kerupuk puli atau lempeng memang telah banyak dikenal masyarakat. Namun, tentunya beda halnya dengan lempeng asli buatan dari Madiun.
Lempeng Madiun terkenal dengan rasanya yang gurih dan rueeenyah. Hal ini karena lempeng Madiun dibuat dengan bumbu khusus. Makanan kerupuk ini memang biasa disajikan bareng dengan nasi pecel. Keduanya telah dikenal sebagai kuliner asli wilayah Madiun.
Tidak sulit mencari lempeng di Kota Madiun. Karena semua toko pusat oleh-oleh atau jajanan khas Madiun selalu menjualnya dengan harga terjangkau. Selain itu, semua warung ataupun rumah makan yang menyajikan menu nasi pecel, selalu menyediakan kerupuk tersebut sebagai lauknya selain lauk lain sesuai selera konsumen.
Secara umum, banyak industri kecil tempat pembuatan lempeng di wilayah Madiun dan sekitarnya. Namun, sentra industri kecil tempat pembuatan lempeng di Kota Madiun terdapat di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Manguharjo, Kecamatan Manguharjo.
Di jalan ini terdapat belasan pengusaha kecil yang masih bertahan memproduksi lempeng. Rata-rata, usaha ini merupakan usaha keluarga yang telah digeluti sejak puluhan tahun.
Adalah Ibu Kadeni. Perempuan berusia lebih dari 60 tahun ini masih setia dengan pembuatan lempeng. Rasa lempengnya yang yahud, selain dijual di wilayah Madiun dan sekitarnya, juga telah merambah hingga Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, dan sejumlah kota besar lainnya.
"Sering ada pesanan dari Surabaya ataupun Jakarta hingga 50 kilogram lebih. Lempeng tersebut ada yang dijual lagi ataupun dikonsumsi sendiri. Katanya rasa lempeng Bu Kadeni mantap," ujar Ibu Kadeni sambil mengiris adonan lempeng basahnya.
Penjualan lempeng ini semakin tinggi saat hari raya Idul Fitri ataupun liburan sekolah. Kebanyakan lempeng tersebut dibawa ke luar kota setelah berlibur di Kota Madiun.
Ia menjelaskan, lempeng merupakan makanan kerupuk yang terbuat dari beras serta ditambahkan garam dan sejumlah bumbu lain. Adonan tersebut kemudian diiris tipis, dijemur, dan digoreng.
"Lempeng bisa dijual dalam bentuk mentah maupun matang, tergantung selera. Lempeng matang biasanya dijual dalam tempat besek agar tidak mudah remuk dan melempem," kata dia.
Untuk membuatnya, Kadeni mengaku memiliki takaran bumbu tersendiri dan menyatakan hal tersebut sebagai resep keluarga. Namun, secara umum bahan baku yang digunakan adalah sama, yakni beras dan bumbunya meliputi bawang putih, garam, dan gula.
Setelah beras dimasak hingga menjadi nasi, lalu ditambahkan dengan bumbu yang terdiri dari campuran bawang putih, garam, dan gula secukupnya.
"Pencampuran nasi dengan bumbu harus pada saat nasi masih panas atau baru matang. Setelah itu, nasi campuran bumbu tesebut digiling atau ditumbuk dalam lesung hingga halus dan dibentuk kotak ataupun silinder. Kemudian, setelah dingin diiris tipis-tipis, dijemur, dan digoreng," terangnya.
Dengan dibantu oleh suami dan anak-anaknya, dalam sehari Kadeni mampu memproduksi lempeng hingga 50 kilogram. Adapun, untuk lempeng mentah ia jual dengan harga Rp13.000 setiap 100 buahnya dan lempeng mantang dijual Rp15.000 per 100 buahnya.
Ia mengaku tetap mempertahankan cita rasa lempengnya, agar usaha yang telah ia geluti selama bertahun-tahun ini tetap lancar. Hal ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan pelanggannya.
Rasanya yang khas dan gurih, membuat Lempeng Madiun terus diminati oleh banyak orang. Penasaran dengan gurih dan kresssnya Lempeng Madiun, silakan berkunjung ke Kota Madiun, kota pecel dan lempeng. (*)
Editor: Masuki M. Astro